Oleh: Jufriady Hidayat, S.Si.
Tidak pernah terlintas dipikiran
saya untuk dilahirkan kembali sebagai bangsa lain, sebab terlahir di negara Indonesia
sudah membuat saya sangat nyaman dan bahagia, kehidupan di negara Indonesia tercinta
ini penuh dengan harmonisasi. Saya menyadari
bahwa lahir dimanapun buka sebuah pilihan tetapi sebuah ketetapan (kodrat) dari
Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT telah mengatur semua perjalanan hidup manusia
dan kita sebagai makhluk ciptaanya harus terus mensyukuri nikmat yang telah
diberikanNya.
Perkembangan dunia yang
semakin pesat dan penuh tantangan baik secara politik, ekonomi, dan sosial
nampak tidak dalam kondisi baik-baik saja, Kepedualian atas perdamaian di dunia
masih perlu dipertanyakan, sebab masih ada perselisihan antar negara seperti
yang terjadi di Rusia danUkraina, Krisis kemanusiaan yang dialami Palestina
oleh Israel, Masyarakat Rohingya yang ada di Myanmar. Pertumbuhan ekonomi dunia
yang menunjukkan kontraksi, mengakibatkan persaingan antar negara semakin
memuncak. Untuk itu dibutuhkan sikap kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi
global ini.
Indonesia sebagai negara
kepuluan terbesar yang terdiri dari berbagai suku dari sabang hingga merauke
serta keberagaman agama, suku, dan budaya perlu dijaga rasa persatuan untuk
menghargai perbedaan yang ada. Sikap saling menghargai dan menghormati
diperlukan agar kita bisa hidup damai dan tentram. Sikap saling menghargai ini
salah satu wujud Profil Pelajar Pancasila yaitu Berkebhinekaan Global. Dimana
murid diharapkan memiliki semangat untuk mempertahankan budaya luhur, lokalitas
dan identitas bangsa serta mau berfikir terbuka terhadap budaya lain.
Kebhinekaan global merupakan
perasaan saling menghormati keberagaman yang ada di sekitar kita dan sebuah toleransi
terhadap perbedaan tersebut
Bentuk perilaku/sikap berbhinekaan global dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah adalah:
Ø Menerapkan perilaku yang tidak membeda-bedakan
teman di kelas/sekolah.
Ø Memberi tauladan untuk selalu bergaul
dengan setiap individu tanpa melihat dari agama, suku, dan ras tertentu.
Ø Mengembakan sikap saling toleransi demi
menjaga persatuan bangsa.
Ø Bersikap tidak mengganggu/menghambat jalannya
ritual peribadatan orang lain yang berbeda agama dan kpercayaan.
Ø Saling menghormati dan menghargai teman di
kelas/sekolah yang sedang menjalankan ritual ibadahnya meskipun
berbeda agama.
Contoh perilaku
berkebhinekaan global yang bisa dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari ialah:
1. Mencintai kebudayaan
tradisional asli Indonesia
2. Berusaha memahamai dan
menghargai seseorang walaupun dari suku yang berbeda
3. Melakukan kolaborasi
dengan semua individu tanpa memandang agama, suku dan ras
4. Memperat persaudaran
antar semua masyarakat dan bangsa
5. Berupaya menciptakan
perdamaian dan keharmonisan sosial di muka bumi
Terkait dengan konsep
kerentanan dan kunci sukses di abad ke-21 maka dibutuhkan antisipasi terhadap
kerentanan akan kebhinekaan, sejak dini anak dilatih dan dibiasakan melakukan
empat keterampilan kunci sukses yakni: (1) membangun kreativitas melalui memunculkan
gagasan, ide, atau koneksi antara gagasan dan anggitan yang sudah ada, (2)
mewujudkan cara berpikir kritis guna merespons seseorang melalui menganalisis
fakta untuk menciptakan sebuah penilaian, (3) melakukan komunikasi dengan
kegiatan mentransfer informasi baik secara tertulis ataupun perkataan. Karena
komunikasi menjadi hal pokok dalam peradaban manusia, (4) melaksanakan
kolaborasi antar teman dengan harapan dapat memecahkan berbagai permasalahan.
Oleh karenanya, setiap
individu harus memiliki karakter kebangsaan yang kuat untuk menjaga nilai-nilai
karakter dirinya melalui wawasan kebangsaan yang tangguh. Sebab jika tidak
demikian, sangat dimungkinkan melenceng dari ideologi Pancasila. setiap
individu tidak hanya menjadikan Pancasila sebagai jargon, tetapi harus mampu
menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan serta
menjauhkan diri dari sikap-sikap dekonstruksi yang belakangan ini sering muncul
sebagai tanda kemerosotan rasa, paham, dan semangat kebangsaan yang bisa
dilihat dari beberapa indikasi, seperti lunturnya budaya menghormati simbol
negara, tren mencontoh budaya asing dan menghujat budaya sendiri, tawuran antar
pelajar yang menonjolnya kepentingan kelompok dan golongan sendiri dengan
mengorbankan kepentingan bangsa dan negara, menguatnya semangat primordialisme
(sikap memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat
istiadat, kepercayaan, dan segala sesuatu yang ada di lingkungan), mengemukanya
pemaksaan kehendak mayoritas terhadap minoritas, serta memudarnya semangat dan
asas satu wilayah Nusantara.
0 komentar:
Posting Komentar